Judul : Sebuah Surat di Suatu Hari
Tema : Guru yang Dirindukan
Karya : Mursyidan Baldan
Ilustrasi Guru dan Murid. (Dokumen Pribadi) |
Di sebuah perkampungan di pinggiran kota, berdiri sebuah sekolah yang usia gedungnya sudah cukup tua. Namun, dindingnya yang baru saja selesai dicat seminggu kemarin membuat warnanya terlihat lebih cerah dan hidup. Seperti pelangi; merah, kuning, hijau. Di depan tiap ruang kelas di sekolah itu ada taman kecil bernuansa asri dengan bunga kertas warna-warni tumbuh di tengahnya, berpotkan ban mobil bekas. Sekolah ini adalah salah satu sekolah dasar yang berada di perkampungan penduduk yang sudah tak terlalu ramai. Ditambah banyaknya sekolah baru yang berdiri di sekitar, murid sekolah ini tidak sampai seratus orang. Meskipun begitu semangat guru-gurunya dalam mendidik tidaklah pudar. Malah hal itu menjadi motivasi untuk mendidik para siswa dengan lebih baik dan fokus mengembangkan karakter mereka.
Ia sering dipanggil sebagai Ibu Yus. Nama panjangnya adalah Yusmina Wulandari. Ia bukanlah guru biasa. Wajahnya ramah selalu diselimuti senyuman hangat, dan matanya yang berkilauan ketika membawakan materi pelajaran di depan murid-muridnya dengan ceria dan semangat.
“Pada suatu hari ....” Begitulah biasanya kalimat pembuka Ibu Yus menceritakan kisah-kisah inspiratifnya kepada para siswa. Ia bukan hanya memberikan pelajaran di kelas, tetapi juga membuka pintu hati dan pikiran anak-anaknya. Setiap hari, dia membawa keceriaan dan semangat yang luar biasa ke dalam ruang kelasnya. Murid-muridnya tidak hanya belajar, tetapi juga tumbuh sebagai anak-anak yang percaya pada potensi diri mereka.
Salah satu murid yang menjadi perhatian Ibu Yus adalah Mira, seorang gadis kecil yang penuh impian. Ibu Yus selalu mengajaknya berbicara setelah jam pelajaran berakhir. Mira memandang Ibu Yus sebagai sumber inspirasi dan kebijaksanaan. Kata-kata dan nasihat Ibu Yus menjadi pemandu yang membantu Mira melewati masa-masa sulit dalam kegiatan belajarnya.
Mira adalah tipe anak yang lebih cepat belajar dengan gerakan. Sebagai wali kelas Ibu Yus cukup tahu karakter murid-muridnya. Ia pun memahami ada banyak jenis cara anak dalam belajar. Ada yang dari mendengarkan, ada yang dari melihat gambar atau tayangan, dan ada pula yang lebih dominan belajar dengan melakukan gerakan. Maka sering Ibu Yus menggunakan beragam metode dalam mengajari anak-anaknya. Kadang ia menyanyikan lirik lagu berisi materi pelajaran, kadang ia membawa gambar-gambar visual yang menarik tentang materi pelajaran, kadang pula ia membawakan pelajaran sambil melakukan gerakan-gerakan tertentu kemudian meminta anak-anak murid mengikutinya.
“Satu ditambah satu sama dengan dua. Dua dikurangi satu sama dengan satu,” katanya sambil mengangkat jari-jari tangannya saat pelajaran matematika. Ketika masuk jam pelajaran IPA Ibu Yus menampilkan gambar-gambar hewan dan tumbuhan seraya memperkenalkannya kepada para siswa. Dia tidak hanya mengajar Matematika, IPA, atau Bahasa Indonesia, tetapi juga mengajarkan akhlak dalam kehidupan. Setiap muridnya tidak hanya belajar rumus-rumus, tetapi juga nilai-nilai ketakwaan, kejujuran, kemandirian, kerjasama, dan kepedulian.
Ibu Yus tidak hanya mengajar di kelas, tetapi ia juga melibatkan diri dalam membimbing murid-muridnya. Ia selalu terbuka bagi siapa pun muridnya yang membutuhkan bimbingan atau sekadar ingin bercerita masalahnya tentang pembelajaran. Murid-muridnya tidak hanya melihatnya sebagai guru, tapi juga sebagai orang tua dan sosok yang dapat ditiru dan diandalkan.
Suatu hari, ketika Ibu Yus ulang tahun, para siswa berkumpul di ruang kelas untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada Ibu Yus.
"Selamat ulang tahun, Bu!" seru mereka serentak.
Dengan sedikit terkejut, Ibu Yus tersenyum bahagia sekali ketika mendapatkan ucapan selamat dan doa dari murid-muridnya. Ia terharu melihat usaha murid-muridnya. Mereka menyajikan kue ulang tahun sederhana, ukuran sedang, bertabur seres cokelat, kemudian menyanyikan lagu selamat ulang tahun, dan memberikan kartu-kartu ucapan yang mereka buat sendiri. Ruangan dipenuhi tawa dan kebahagiaan.
"Terima kasih, anak-anak. Ini sungguh menjadi hadiah terindah bagi Ibu," ucap Ibu Yus sambil mengusap air mata kebahagiaan.
Pesta kecil itu menjadi momen tak terlupakan bagi semua orang di ruangan itu. Ibu Yus merasakan betapa besar pengaruhnya sebagai seorang guru terhadap perkembangan murid-muridnya, bukan hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pembimbing dan teman. Mereka belajar tidak hanya dari bukunya, tetapi juga dari kehidupan nyata yang diperlihatkan oleh Ibu Yus.
Seiring berjalannya waktu, ketulusan dan dedikasi Ibu Yus terhadap pendidikan semakin terlihat. Ia membantu murid-muridnya mengatasi kesulitan belajar, memberikan semangat ketika mereka merasa putus asa, dan selalu memberikan dukungan tanpa pamrih. Ibu Yus bukan hanya guru di dalam kelas, tetapi juga sumber kekuatan dan inspirasi bagi murid-muridnya. Mereka belajar bahwa hidup bukan hanya tentang menyelesaikan soal matematika, tetapi juga tentang bagaimana menjadi manusia yang baik dan peduli terhadap sesama.
Suatu hari, Ibu Yus memberikan tugas rumah kepada murid-muridnya. Mereka diminta untuk menulis surat kepada seseorang yang mereka rindukan. Keesokan hari setelah tugas dikumpulkan Ibu Yus membaca surat seluruh siswa, termasuk Mira. Ternyata Mira merindukan mamanya yang telah tiada. Dalam suratnya, Mira menuliskan betapa besarnya rindunya kepada mamanya yang sangat baik dan menyayanginya. Dan di akhir surat Mira menuliskan pula bagaimana Ibu Yus yang juga menyayanginya. Ibu Yus telah memberikan arti baru dalam hidupnya sebagai seorang guru. Ia pun memeluk Mira dengan perasaan sayang dan haru.
Beberapa hari kemudian, dengan tiba-tiba Ibu Yus mengumumkan bahwa dia akan segera pindah ke sekolah di daerah lain yang sangat jauh, karena ikut suaminya yang berpindah tugas. Ternyata pekerjaan menulis surat yang kemarin adalah tugas terakhir yang diberikannya. Murid-muridnya merasa campur aduk, senang karena Ibu Yus mungkin akan menemukan sekolah yang lebih besar dan memiliki pengalaman baru di tempat lain, tetapi sedih karena mereka tidak akan bertemu dengan Ibu Yus lagi di sekolah. Kepergian Ibu Yus akan meninggalkan kerinduan mendalam bagi anak-anaknya, terutama Mira.
Namun, Ibu Yus telah meninggalkan sebuah kenangan indah. Suatu hari, ketika murid-muridnya merasa kesulitan atau merindukan bimbingan Ibu Yus, mereka bisa membuka surat-surat yang telah mereka tulis. Surat-surat itu menjadi pengingat akan pelajaran dan kasih sayang yang telah mereka terima dari guru yang luar biasa. Meskipun Ibu Yus telah pergi, semangat dan nilai-nilai yang dia tanamkan tetap hidup di hati murid-muridnya. Ibu Yus, guru yang dirindukan, tetap hadir dalam setiap langkah mereka menuju masa depan yang penuh harapan.
Di acara perpisahan dengan Ibu Yus, murid-muridnya mengumpulkan dana secara sukarela untuk memberikan hadiah kecil sebagai ungkapan terima kasih mereka. Mereka tahu bahwa tidak ada materi pelajaran yang bisa menyamai nilai-nilai dan pelajaran hidup yang telah diberikan Ibu Yus kepada mereka. Ibu Yus, dengan senyum hangatnya yang tak terlupakan, meninggalkan jejak kebaikan di hati setiap muridnya. ~
Selesai.
---